Day 3 - Ngariung Ka Garut
Hari ketiga, yang artinya ini hari terakhir berkunjung ke Garut. Jadwal hari ini kami bakalan ke Kontes Adu Domba tingkat Jawa Barat untuk ketemu Anggota DPRD Garut, Ke Kota untuk wisata kuliner, mengunjungi Situ & Candi Cangkuang kemudian lanjut pulang.
Seperti biasa, pagi diawali dengan sarapan bubur cimol. Setelah sarapan, mandi dan berkemas, kami pamit ke Wa Dedet mau langsung jalan sekalian pulang. Terima kasih untuk Wa Dedet, Aa Ghea, dan keluarga atas tempat tinggalnya :D.
Barang-barang kami titip di rumah Wa Ade, maka bersiaplah kami menuju arena Adu Domba di desa Cikandang. Setelah naik angkot, kami melanjutkan naik delman menuju Desa Cikandang. Jauh juga yaa ternyata, apalagi jalanan menanjak. Kasian kudanya karena harus membawa tumpangan yang melebihi kapasitas (baca: Farrah, Rara, Panji). Ongkosnya pun sangat murah, cuma Rp.2.000/orang. Murah banget kan, apalagi dengan jarak yang cukup jauh dan harus membawa penumpang seperti yang tadi disebutkan.
Setelah turun dari delman, kami masih harus jalan lagi loh. Jalanan makin menanjak, emang konturnya seperti di perbukitan. Lapangan tersebut ada di atas desa.
Seperti biasa, pagi diawali dengan sarapan bubur cimol. Setelah sarapan, mandi dan berkemas, kami pamit ke Wa Dedet mau langsung jalan sekalian pulang. Terima kasih untuk Wa Dedet, Aa Ghea, dan keluarga atas tempat tinggalnya :D.
Barang-barang kami titip di rumah Wa Ade, maka bersiaplah kami menuju arena Adu Domba di desa Cikandang. Setelah naik angkot, kami melanjutkan naik delman menuju Desa Cikandang. Jauh juga yaa ternyata, apalagi jalanan menanjak. Kasian kudanya karena harus membawa tumpangan yang melebihi kapasitas (baca: Farrah, Rara, Panji). Ongkosnya pun sangat murah, cuma Rp.2.000/orang. Murah banget kan, apalagi dengan jarak yang cukup jauh dan harus membawa penumpang seperti yang tadi disebutkan.
Setelah turun dari delman, kami masih harus jalan lagi loh. Jalanan makin menanjak, emang konturnya seperti di perbukitan. Lapangan tersebut ada di atas desa.
perjuangan banget kan mau ngeliat Adu Domba aja :D
Foto-foto pas Adu Domba nya dimulai lupa naronya ni, nanti kalo ketemu pasti di-upload . Setelah sampai disana, kami bisa melihat langsung pertandingan Adu Domba. Beruntung banget loh pas kami disana, bisa nonton pertandingan tingkat provinsi ini. Tapi sayangnya Bapak Anggota DPRD itu udah keburu pulang, maklum lah yaaa pasti jadwalnya banyak banget ... Padahalkan mau sharing tentang pariwisata Garut.
Ya udah lah yaa, kami tetap bisa menikmati pertandingan tersebut. Walaupun agak serem juga, banyak dari domba-domba itu pake aksesoris yang "sesuatu" banget. Maklum lah, pasti harga domba itu selangit deh apalagi kalo udah menang kontes kaya gini.
Setelah menonton pertandingan, kami berkemas lagi karena udah mau pulang juga. Mumpung di Garut, kami nyobain Es Goyobod di depan Masjid Agung Garut yang merupakan Es Goyobod asli Garut. Kenapa benar-benar asli, soalnya ini dibuat langsung sama yang menciptakan es goyobod pertama kali. Mereka menjualnya pake gerobak, tapi mangkal. Kalo ga salah sih yaa, mereka cuma punya 5 cabang. Pelanggannya banyak banget. Kemarin sebenarnya mau cobain es goyobod ini, tapi keburu kehabisan. Harganya juga murah, cuma Rp. 3.000/gelas (harga tahun 2009)
Ada campuran alpukat, roti, susu, semacam jelly, pokoknya enak banget deh. Rasanya mau nambah lagi, lagi, dan lagi
Destinasi terkahir kami adalah Situ Cangkuang, karena letaknya ada di Leles, kalo dari kota Garut itu yang mengarah ke Jakarta, kami naik angkot menuju kesana. Jarak yang ditempuh lumayan tapi bayarnya murah, cuma Rp. 3.000 saja. Dari gerbang depan ga ada angkutan umum untuk mencapai Situ Cangkuang. Cuma ada delman dan ojek. Setelah nanya, nego, dan nawar yang dilakukan oleh Heykal, kami akhirnya naik delman untuk kesana. Berapa ongkosnya? cukup Rp. 3.000 saja dan itu pp (ingat ini harga tahun 2009 ya), sampai lokasi nanti si akang delman bakal jemput kami lagi, daripada nunggu kan lumayan membosankan. Setelah bayar tiket masuk, kami nunggu giliran naik getek. Pasti tau dong getek itu apa? hahaha. kami menunggu sekitar 15 menit karena waktu itu bukan musim liburan dan siang hari jadi agak sepi, intinya adalah sambil menunggu siapa tau ada wisatawan lain yang mau ke Candi Cangkuang yang terletak di tengah Situ Cangkuang.
Seru banget bisa berkunjung kesini. Ini merupakan kali kedua saya mengunjungi tempat ini. Di dekat candi ada makam seorang tokoh penyebar islam yang bernama Airef Muhammad. Di kawasan ini pula terdapat sebuah kampung adat yang bernama Kampung Pulo. Uniknya cuma ada 7 bangunan, 6 bangunan rumah dan 1 bangunan surau/masjid dan ga boleh ditambah lagi loh. Bahkan, kalo misalnya seorang anak sudah dewasa kemudian menikah maka paling lambat 2 minggu setelah itu harus meninggalkan rumah dan harus keluar dari lingkungan keenam rumah tersebut. Kami juga sempat berfoto sama salah satu warga Kampung Pulo. Si neneknya ramah banget, tapi kalo mau komunikasi ya harus pake bahasa sunda.
Waktu semakin sore, kami pun bergegas meninggalkan kawasan Situ Cangkuang menuju jalan raya Leles menggunakan delman (yang tadi). Belum tau naik bus apa sebenarnya, kami menunggu bus yang menuju Kp.Rambutan via Cipularang kalo bisa sih yang ekonomi tapi ternyata yang lewat itu eksekutif, bisnis ac, dan sebangsanya.
Menunggu, menunggu, menunggu. Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30, tapi bus nya tak kunjung datang. Sempat berpikir, kira-kira sampe rumah jam berapa ya. Setelah cukup lama menunggu, hampir pukul 17.00 ada bus AC PO Saluyu, AC Ekonomi. Karena takut harga tiket yang mahal, bertanyalah kami kepada kernet bus. Ternyata harganya "cuma" Rp. 35.000, bandingkan dengan harga ketika kami berangkat. Fasilitas AC yang nyaman, ada smoking room, lebih enak dan ga akan terganggu sama penumpang yang merokok sembarangan. Sesampainya di terminal bayangan pintu tol Cileunyi, bus sempat ngetem karena memang bangku masih banyak yang kosong. Perut mulai bunyi kerucuk-kerucuk, adzan magrib berkumandang, tapi mau beli makanan di sekitar terminal itu ndak punya uang. Maklum, uang yang tersisa tingga ongkos pulang sampai rumah saja. Setelah menunggu beberapa saat, bus pun melaju dengan kencangnya. Suasana hujan disekitar jalan tol membuat kondisi di dalam bus semakin dingin. Sampai di terminal Kp. Rambutan sekitar pukul 21.30. Setelah turun dari bus, saya bergegas untuk berpamitan dengan teman yang lain karena rumah saya lebih jauh dan takutnya nanti angkutan ke rumah sudah tidak ada. Alhamdulillah, ternyata masih ada Koantas Bima 510 yang katanya pemberangkatan terakhir dari Kp. Rambutan ke Ciputat. Turun di Pasar Ciputat, mungkin karena udah kecapean, saya memutuskan untuk naik ojek dan tiba di rumah pada pukul 22.30. Benar-benar perjalanan yang wow banget padahal cuma diawali keinginan untuk meyelesaikan tugas kampus.
Sekian cerita di Garut kali ini.
Foto-foto pas Adu Domba nya dimulai lupa naronya ni, nanti kalo ketemu pasti di-upload . Setelah sampai disana, kami bisa melihat langsung pertandingan Adu Domba. Beruntung banget loh pas kami disana, bisa nonton pertandingan tingkat provinsi ini. Tapi sayangnya Bapak Anggota DPRD itu udah keburu pulang, maklum lah yaaa pasti jadwalnya banyak banget ... Padahalkan mau sharing tentang pariwisata Garut.
Ya udah lah yaa, kami tetap bisa menikmati pertandingan tersebut. Walaupun agak serem juga, banyak dari domba-domba itu pake aksesoris yang "sesuatu" banget. Maklum lah, pasti harga domba itu selangit deh apalagi kalo udah menang kontes kaya gini.
Setelah menonton pertandingan, kami berkemas lagi karena udah mau pulang juga. Mumpung di Garut, kami nyobain Es Goyobod di depan Masjid Agung Garut yang merupakan Es Goyobod asli Garut. Kenapa benar-benar asli, soalnya ini dibuat langsung sama yang menciptakan es goyobod pertama kali. Mereka menjualnya pake gerobak, tapi mangkal. Kalo ga salah sih yaa, mereka cuma punya 5 cabang. Pelanggannya banyak banget. Kemarin sebenarnya mau cobain es goyobod ini, tapi keburu kehabisan. Harganya juga murah, cuma Rp. 3.000/gelas (harga tahun 2009)
Ada campuran alpukat, roti, susu, semacam jelly, pokoknya enak banget deh. Rasanya mau nambah lagi, lagi, dan lagi
Destinasi terkahir kami adalah Situ Cangkuang, karena letaknya ada di Leles, kalo dari kota Garut itu yang mengarah ke Jakarta, kami naik angkot menuju kesana. Jarak yang ditempuh lumayan tapi bayarnya murah, cuma Rp. 3.000 saja. Dari gerbang depan ga ada angkutan umum untuk mencapai Situ Cangkuang. Cuma ada delman dan ojek. Setelah nanya, nego, dan nawar yang dilakukan oleh Heykal, kami akhirnya naik delman untuk kesana. Berapa ongkosnya? cukup Rp. 3.000 saja dan itu pp (ingat ini harga tahun 2009 ya), sampai lokasi nanti si akang delman bakal jemput kami lagi, daripada nunggu kan lumayan membosankan. Setelah bayar tiket masuk, kami nunggu giliran naik getek. Pasti tau dong getek itu apa? hahaha. kami menunggu sekitar 15 menit karena waktu itu bukan musim liburan dan siang hari jadi agak sepi, intinya adalah sambil menunggu siapa tau ada wisatawan lain yang mau ke Candi Cangkuang yang terletak di tengah Situ Cangkuang.
ini foto kami di Candi Cangkuang
Seru banget bisa berkunjung kesini. Ini merupakan kali kedua saya mengunjungi tempat ini. Di dekat candi ada makam seorang tokoh penyebar islam yang bernama Airef Muhammad. Di kawasan ini pula terdapat sebuah kampung adat yang bernama Kampung Pulo. Uniknya cuma ada 7 bangunan, 6 bangunan rumah dan 1 bangunan surau/masjid dan ga boleh ditambah lagi loh. Bahkan, kalo misalnya seorang anak sudah dewasa kemudian menikah maka paling lambat 2 minggu setelah itu harus meninggalkan rumah dan harus keluar dari lingkungan keenam rumah tersebut. Kami juga sempat berfoto sama salah satu warga Kampung Pulo. Si neneknya ramah banget, tapi kalo mau komunikasi ya harus pake bahasa sunda.
Waktu semakin sore, kami pun bergegas meninggalkan kawasan Situ Cangkuang menuju jalan raya Leles menggunakan delman (yang tadi). Belum tau naik bus apa sebenarnya, kami menunggu bus yang menuju Kp.Rambutan via Cipularang kalo bisa sih yang ekonomi tapi ternyata yang lewat itu eksekutif, bisnis ac, dan sebangsanya.
Menunggu, menunggu, menunggu. Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30, tapi bus nya tak kunjung datang. Sempat berpikir, kira-kira sampe rumah jam berapa ya. Setelah cukup lama menunggu, hampir pukul 17.00 ada bus AC PO Saluyu, AC Ekonomi. Karena takut harga tiket yang mahal, bertanyalah kami kepada kernet bus. Ternyata harganya "cuma" Rp. 35.000, bandingkan dengan harga ketika kami berangkat. Fasilitas AC yang nyaman, ada smoking room, lebih enak dan ga akan terganggu sama penumpang yang merokok sembarangan. Sesampainya di terminal bayangan pintu tol Cileunyi, bus sempat ngetem karena memang bangku masih banyak yang kosong. Perut mulai bunyi kerucuk-kerucuk, adzan magrib berkumandang, tapi mau beli makanan di sekitar terminal itu ndak punya uang. Maklum, uang yang tersisa tingga ongkos pulang sampai rumah saja. Setelah menunggu beberapa saat, bus pun melaju dengan kencangnya. Suasana hujan disekitar jalan tol membuat kondisi di dalam bus semakin dingin. Sampai di terminal Kp. Rambutan sekitar pukul 21.30. Setelah turun dari bus, saya bergegas untuk berpamitan dengan teman yang lain karena rumah saya lebih jauh dan takutnya nanti angkutan ke rumah sudah tidak ada. Alhamdulillah, ternyata masih ada Koantas Bima 510 yang katanya pemberangkatan terakhir dari Kp. Rambutan ke Ciputat. Turun di Pasar Ciputat, mungkin karena udah kecapean, saya memutuskan untuk naik ojek dan tiba di rumah pada pukul 22.30. Benar-benar perjalanan yang wow banget padahal cuma diawali keinginan untuk meyelesaikan tugas kampus.
Sekian cerita di Garut kali ini.
Komentar
Posting Komentar