Pontianak : Terpampang Nyata di Kota Khatulistiwa



Sebelum pulang mudik, saya berkesempatan liburan ke Pontianak. Ngapain ke Pontianak? Satu hal, saya pengen banget mengunjungi Tugu Khatulistiwa. Liburan 3 hari yang momen nya pas lebaran ini membuat beberapa orang bertanya kepada saya. Mereka mengira saya akan mudik ke Pontianak. Mungkin karena potongan wajah warga negara keturunan kali ya makanya ditanya kaya gitu hahaha.

Hari pertama,setelah tiba di Kota Khatulistiwa, saya langsung menuju counter Damri untuk memesan tiket menuju Kota Baru (Rumah Adat Melayu). Perjalanan yang ditempuh menuju Kota Baru sebenarnya tidak terlalu lama, berhubung sudah mau jam buka puasa, perjalanan jadi sedikit tersendat. Mungkin pada mau cari ta’jil atau sekadar makan di luar rumah kali ya. Belum lagi di perjalanan kali ini yang hanya diisi 2 penumpang mengantarkan terlebih dahulu ke terminal Damri. Alhasil saya seorang diri dengan pak supir tentunya menuju Rumah Adat Melayu. Sepanjang perjalanan hanya mengamati sekeliling Kota Pontianak, ternyata cukup ramai ya.


Hari Pertama

Rumah Adat Melayu

Sampai di Rumah Adat Melayu sesaat sebelum waktu berbuka, saya keliling sejenak mengamati rumah ini sambil menunggu teman untuk dijemput. Bangunan besar berwarna kuning sangat mudah ditemukan karena lokasi yang berada di pinggir jalan. sayang, saya tidak bisa masuk karena sudah tutup.

Rumah Panjang yang Memang Panjang

Bergeser sedikit dari Rumah Adat Melayu, saya mengunjungi Rumah Panjang, rumah tradisional Dayak. Di dalam rumah ini terdapat banyak ruangan-ruangan yang dapat digunakan untuk berbagai acara. Tangga kayu untuk naik pun dibuat sangat mirip seperti aslinya. Berani naik? Saya sih tidak, saya lebih memilih lewat tangga biasa hehe. Oh iya, di depan bangunan ini berjejer patung burung rangkong, burung khas bumi borneo


Chai Kue Goreng


Chai Kue Kukus dan Siomay











Singgah sejenak di tempat teman untuk sholat maghrib, kami melanjutkan perjalanan untuk berbuka puasa. 


Dia merekomendasikan Chai Kue/Chai Kwe (Choi Pan), makanan khas Pontianak. Terdapat 2 varian, yaitu kukus dan goreng. Kami memesan dua-duanya. Selain itu saya memesan siomay juga. Isi dari Chai Kue beragam, ada bengkoang, kucai, dan kacang. Saya pun sempat menyaksikan cara pembuatanyannya. Pantas saja menunggu cukup lama, karena baru akan dibuat ketika ada yang memesan. Rasa enak harga yang murah meriah, pokoknya mesti jadi makanan wajib ketika berkunjung kesini. Selain itu terdapat Sotong Pangkong. Makanan ini hanya bisa ditemukan pada malam hari di bulan ramadhan. Sotong pangkong adalah sotong yang dibuat pipih (seperti ikan asin) kemudian diberikan bumbu. Warung sotong pangkong dapat ditemui di pinggir jalan dengan gerobak-gerobak kecil yang tidak jarang dihiasi dengan lampu kelap-kelip.



Hari Kedua



Setelah sahur dan sholat subuh, memutuskan untuk melanjutkan tidur. Bangun sekitar pukul 10 pagi. Perjalanan kali ini dimulai dengan sholat dzuhur di Masjid Mujahidin. Masjid Megah kebanggaan Kalimantan Barat khususnya Kota Pontianak ini pertama kali berdiri pada tahun 1978 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto. Pada tahun 2015, masjid ini diresmikan kembali oleh Presiden Jokowi setelah selesai direnovasi. Hal yang cukup unik bagi saya adalah untuk parkir disini tidak dikenakan tarif, tetapi terdapat kotak-kotak sodaqoh bagi para pengunjung yang mau membayar parker dengan memasukkan uang seikhlasnya. Bagi para muslim travelers yang singgah ke Pontianak, wajib menyempatkan sholat di masjid ini. Bangunan megah dan arsitektur yang indah membuat betah berlama-lama untuk bisa berkomunikasi dengan Tuhan.



Museum Kalbar yang lokasinya tidak jauh dari Masjid Mujahidin mesjadi lokasi pertama yang dikunjungi. Dengan membayar tiket masuk seharga Rp. 2.000, kalian bisa melihat diorama kehidupan mulai dari masa prasejarah hingga masa kini tentang Kalimantan Barat. Berbagai artefak, keramik pun ada disini. Selain itu potret budaya Kalimantan Barat juga dapat dilihat disini mulai dari kehidupan bermasyarakat, pakaian adat, alat musik dan sebagainya. Di bagian luar museum juga terdapat miniature rumah-rumah tradisional di Kalimantan. Museum ini jadi tempat wajib dikunjungi jika ingin mengetahui Kalimantan Barat lebih banyak.

Perjalanan dilanjutkan menuju Tugu Khatulistiwa. Menyebrangi 2 jembatan yang melintasi sungai. Menuju Tugu Khatulistiwa sangatlah mudah, papan penunjuk jalan jelas sekali mengarahkan ke tempat tersebut. Rencananya akan dibangun water park di kawasan ini yang akan beroperasi pada tahun 2019. Ketika sampai disana, terdapat tugu besar yang awalnya saya kira itulah tugu khatulistiwa sebenarnya ternyata eh ternyata tugu asli berada di dalam bangunan yang ada di bawah tugu raksasa itu. Tugu Khatulistiwa “asli” tidaklah terlalu besar. Penjelasan mengenai tugu khatulistiwa ini terpampang jelas di sekitar dinding-dinding bangunan. Bahkan terdapat acara tahunan di tempat ini ketika matahari tepat melewati garis khatulistiwa. Oh iya, kalian bisa membuat sertifikat bahwa pernah berkunjung kesini. Sayang ketika saya kesini, petugas sedang beristirahat.


Masjid Sultan Syarif Abdurahman

Keraton Kadriah
Destinasi selanjutnya yang dikunjungi adalah Keraton Kadriah. Keraton peninggalan Kesultanan Pontianak ini didirikan oleh Sultan Syarif Abdurahman Alkadrie, sultan pertama Kesultanan Pontianak pada tahun 1700an. Di dalam bangunan ini, kita bisa melihat peninggalan kesultanan mulai dari singgasana, kaca seribu, foto-foto keluarga, hingga pernak pernik lainnya. Bagi yang ingin masuk ke dalam bangunan ini diperbolehkan asalkan mengenakan pakaian yang sopan. Ketika saya berkunjung, saya mengenakan celana pendek, untungnya saya membawa sarung jadi langsung saja dikenakan. Bagi yang tidak membawa sarung, tentunya akan dipinjamkan oleh penjaga keraton. Satu hal yang baru saya ketahui ketika berkunjung ke tempat ini, ternyata perancang lambang NKRI berasal dari Kesultanan Pontianak, yaitu Sultan Hamid II. Tak jauh dari keraton, berdiri kokoh masjid tertua di Pontianak, tepat di pinggir sungai Kapuas. Masjid ini masih berdiri megah hingga saat ini. Lantai dan dinding kayu pun tak lekang dimakan usia. Disini kalian bisa melihat hiruk pikuk kehidupan di sekitar sungai Kapuas.

Euphoria Jajan Kopi

Jelajah Pontianak dilanjutkan setelah kami beristirahat terlebih dahulu di rumah, maklum cuaca Pontianak sangat terik. Selepas maghrib, pergi menuju mall terbesar di Pontianak, yaitu Ayani Mall. Tujuannya, apalagi kalau bukan untuk berbuka puasa. Setelah mampir di Restoran Sushi paling hits disana (lokasinya berada di kompleks pertokoan Ayani Mall), dilanjutkan berkeliling mall. Ramai bukan kepalang, mungkin karena sudah mendekati lebaran kali ya. Semua orang berburu semua yang serba baru untuk dikenakan di hari raya. Saya juga sempat mampir ke warung kopi yang kebetulan baru buka di Pontianak. Iya, ketika saya kesana pada malam minggu, warung kopi ini baru beroperari dua hari di kota ini. Kebayang antriannya kaya apa? Saya menunggu sekitar 45 menit untuk mendapatkan segelas kopi. Seru juga ternyata yaa euphorianya.

Hari Ketiga

Oleh-oleh untuk dibawa pulang

Saatnya pulang. Tidak terasa liburan sudah berakhir, menurut teman saya, sayang sekali jika datang ke Pontianak di bulan puasa. Jadi tidak bisa mencicipi dengan leluasa makanan khas disini. Es krim yang melegenda di Pontianak pun tidak bisa saya datangi karena baru kembali buka setelah lebaran. Sebelum pulang, sempatkanlah ke Jalan Pattimura. Pusat oleh-oleh di kota Pontianak. Segala macam jenis oleh-oleh ada disini mulai dari makanan, minuman, cemilan, hingga kain khas Kalimantan. Pastikan bagasi kalian cukup ya untuk membawa oleh-oleh ini. Manisan dan minuman lidah buaya jadi menu wajib ketika kalian dari tempat ini.

Satu hal, saya akan kembali lagi kesini suatu saat nanti untuk menjejakkan kaki di kota khatulistiwa ini.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memperpanjang Paspor Di Kantor Imigrasi Jakarta Selatan, Unit Layanan Paspor Wilayah I - Pondok Pinang

Danau Biru Cigaru, Cisoka : Belitung Ala-Ala di Kabupaten Tangerang